Melayani Secara Kontekstual

– Diambil dari Renungan Gereja Kristen Yesus Jemaat Green Ville –

Baca: 1 Korintus 9:19-23

Apakah yang dimaksud dengan pelayanan yang kontekstual? Pelayanan yang kontekstual adalah pelayanan yang disesuaikan dengan orang-orang yang menjadi target pelayanan. Beberapa ratus tahun yang lalu, saat berita Injil mulai dibawa ke Indonesia, para pemberita Injil dari Eropa bukan hanya menjadi pembawa berita Injil, tetapi juga menjadi pembawa budaya Barat. Orang-orang Indonesia yang percaya kepada berita Injil harus menyesuaikan diri dengan budaya Barat, sehingga kekristenan dikenal sebagai agama Barat, padahal kekristenan sebenarnya berasal dari Timur (Timur Tengah), bukan dari Barat. Cap kekristenan sebagai agama Barat itu amat merugikan usaha pemberitaan Injil, yaitu bahwa seringkali berita Injil ditolak bukan karena isi beritanya, melainkan karena kekristenan dianggap sebagai tidak cocok bagi orang Timur.

Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus mengajarkan agar kita menyesuaikan diri dengan orang-orang yang kita layani, bukan sebaliknya. Hal ini menuntut kita untuk memilah antara hal-hal yang esensial (mendasar, tidak boleh diubah) dengan hal-hal yang tidak esensial (sepele, tidak penting). Dalam hal-hal yang esensial, kita tidak boleh berkompromi, tetapi kita harus menyesuaikan diri dalam hal-hal yang tidak esensial. Penyesuaian diri ini penting agar berita Injil tidak ditolak karena hal-hal yang tidak esensial. Untuk bisa menyesuaikan diri dengan orang-orang yang kita layani, kerendahhatian merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar.

Bagaimana cara Anda melayani? Apakah Anda siap merendahkan diri dan menyesuaikan diri dengan orang-orang yang Anda layani? Tanpa penyesuaian diri, pelayanan kita akan sulit untuk diterima! [P]

Share

Doa Satu Menit

Bapa Surgawi, Raja dari segala raja,

kami berdoa bagi mereka yang memiliki kekuasaan
agar menyadari dari mana asalnya kekuasaan itu,
dan demi namaMu kemuliaan
dan kehormatan dicurahkan.

Kami berdoa bagi para pemimpin yang sikap
dan perilakunya seperti
Herodes, Pilatus atau Nebukadnezar
yang menjadi angkuh dan
menyalahgunakan kekuasaan
yang dipercayakan kepada mereka.

Kiranya mereka menjadi sadar
bahwa kuasa apapun yang dimiliki
di muka bumi ini didapatkan dari Engkau
dan Engkau menuntut pertanggungan jawab atas
penggunaannya.

Semoga apapun yang telah Engkau berikan
kepada kami, dapat kami gunakan untuk memberkati
dan memperkaya orang lain.
Di atas segalanya, kami ingin Engkau dihormati
dan dimuliakan melalui kesaksian hidup kami
maupun karya kami, karena kami sadar bahwa
kami sendiri tidak memiliki kuasa apapun.
Hanya karena kasih dan anugerahMulah
kami diberikan segala sesuatunya untuk
dapat memberikannya juga kepada sesama kami.

Amin.

Share

Jika Ayah Sibuk

– Diambil dari bacaan e-RH (www.renunganharian.net), EDISI 2 Oktober 2009

Baca: 1 Raja-raja 1:5-10
Ayat Mas: Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah menegor dia dengan ucapan: “Mengapa engkau berbuat begitu?” Iapun sangat elok perawakannya dan dia adalah anak pertama sesudah Absalom. 1 Raja-raja 1:6
Bacaan Alkitab Setahun: Ester 8-10

Dalam adegan awal film Ip Man, Tuan Ip duduk-duduk di teras depan bersama istri, anak, dan tiga orang tamu. Anaknya asyik menggambar. Seorang tamu ingin menunjukkan jurus kung fu yang baru saja dipelajarinya, dan meminta Tuan Ip meladeninya berlatih. Sementara keduanya asyik menjajal kemampuan, anak Tuan Ip selesai menggambar dan berlari mendekat untuk menunjukkan hasilnya pada ayahnya. Namun, sang ayah menepiskannya, “Sebentar, Ayah sedang sibuk.” Anak itu pun patah semangat dan selama beberapa hari tidak mau menyapa ayahnya.

Orangtua kerap kali lalai memperhatikan anaknya karena sibuk dengan pelayanan, pekerjaan, atau hobi. Kehadiran anak kadang-kadang bahkan dirasa sebagai gangguan di tengah kesibukan lain yang dianggap lebih penting. Daud menjadi salah satu contoh tragis dalam kasus ini. Ia adalah raja Israel yang hebat dan orang yang sangat mengasihi Allah, tetapi bermasalah dalam kehidupan rumah tangganya, termasuk dalam mendidik anak-anaknya. Salah seorang anaknya, Adonia, dibiarkan berbuat sesuka hatinya, tidak pernah ditegur atau dinasihati. Ketika besar, Adonia membangkang pada ayahnya dengan mengangkat dirinya sebagai raja.

Untuk mendidik dan membentuk karakter anak, diperlukan proses pendisiplinan selama bertahun-tahun. Kita perlu meluangkan waktu dan perhatian secara khusus, berkelanjutan, konsisten, dan penuh kesabaran. Jangan biarkan pelayanan, pekerjaan, atau hobi menguras waktu dan energi sampai-sampai kita tidak sempat lagi memenuhi peran dan tanggung jawab kita sebagai orangtua.

ORANGTUA YANG “TIDAK SEMPAT” MEMPERHATIKAN ANAK, PERLU MENATA ULANG PRIORITAS HIDUPNYA

Penulis: Arie Saptaji

Share